Kamis, 05 Juli 2012

Tragedi Sambas

Tragedi Sambas

masih basah dalam ingatan:
lengking sangkakala purba
di malam betina

desis parang peluru nyanyian sumbang
di malam hari
jiwa-jiwa sudah lupa arti hidup 
dan mati

berpuluh tahun berpeluh darah,
merenda luka, demi segaris tawa,
lenyap kerna para pemantik angkara

ada yang memilih mati demi hargadiri
ada yang tanggalkan kutang dan celana
demi setunggal nyawa

bocah bocah mencangkung di sisi tubuh ayah ibunya yang beku 
tiada henti menggosok-gosokan punggung jemari pada sudut mata yang luka
"ayah... ibu... siapa besok yang siapkan makan pagiku? siapa besok yang betulkan letak kancing bajuku?''

ternyata sangkakala itu milik manusia purba:
melihat manusia lain tanpa kelamin dan usia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar